Anak dengan retardasi mental seringkali dianggap sebagai pribadi yang inferior (lebih rendah) dibandingkan dengan anak normal seusianya. Hal ini tampak dari bagaimana orang-orang di sekitarnya memberikan ruang gerak yang terbatas pada kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu kurangnya penerimaan dari orang tua tak jarang menyebabkan perkembangan mereka semakin terhambat. Padahal dengan latihan yang cukup dan dukungan yang kuat, penyandang retardasi mental dapat hidup secara mandiri dan berkontribusi bagi lingkungan di sekitarnya. Karena itulah, langkah awal yang paling mudah adalah dengan belajar memahami kondisi mereka. Yuk, kita simak sedikit ulasan tentang retardasi mental!
Apa sih Retardasi Mental itu?
Istilah “retardasi mental” masih cukup
asing di telinga sebagian besar masyarakat kita. Di dunia pendidikan
Indonesia, retardasi mental lebih dikenal sebagai “tuna grahita”.
Retardasi mental adalah sebuah kondisi di mana kemampuan intelektual
seseorang di bawah rata-rata (IQ di bawah 70) dan terdapat gangguan
dalam perilaku adaptif 1. Perilaku adaptif merupakan
kemampuan seseorang dalam membina hubungan sosial dan menyelesaikan
permasalahan kehidupan sehari-hari (seperti menggunakan transportasi
umum, menggunakan uang untuk berbelanja, dsb). Dalam beberapa kasus,
penyandang retardasi mental biasanya memiliki gangguan lainnya, seperti
misalnya down syndrome, fragile-x syndrome, dsb
Ciri - ciri anak denagn Retardasi Mental
Kenapa Bisa terkena Retardasi Mental
Ciri - ciri anak denagn Retardasi Mental
Kenapa Bisa terkena Retardasi Mental
Menurut Pedoman Penggolongan
Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005: 386-388) factor-faktor
penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut.
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada
masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya
jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga
dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat
terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu
yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya
“racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan. Psikologi Abnormal/Drs. Kuntjojo,
M.Pd.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab
fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir
serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha
melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada
waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga
timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen
yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak
mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme
pertumbuhan atau gizi Semua
retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya
gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi
buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung
lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan
dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki
dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu
biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang
rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk
retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat
bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau
bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental. Psikologi
Abnormal/Drs. Kuntjojo, M.Pd.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui
sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk
anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin
terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom
menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid. .
g. Prematuritas Retardasi
mental yang termasuk ini
termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu
lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan
kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat Retardasi
mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa
kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak
terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal
perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada
anak.
Nah, jika dilihat dari hasil tes IQ, penyandang retardasi mental dapat dibagi menjadi kategori sebagai berikut:
- Retardasi Mental Ringan (IQ 50-69)
Pada kategori ini, kesulitan utama yang
ditemui adalah tugas-tugas akademik di sekolah. Sebagian besar anak
dengan retardasi mental memiliki perkembangan bahasa yang cukup untuk
aktivitas berbicara sehari-hari. Meskipun terbilang lambat tapi anak
dapat mencapai ketrampilan praktis dan rumah tangga untuk bisa hidup
mandiri secara penuh.
- Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Mengalami perkembangan bahasa yang
bervariasi. Ada yang mencapai kemampuan komunikasi secara sederhana.
Ada pula yang hanya mampu berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar
saja. Selain itu, cenderung memiliki prestasi akademik yang rendah.
- Retardasi Mental Berat (IQ 20-34)
Memiliki kemampuan yang sama dengan
kategori retardasi mental sedang. Umumnya menderita gangguan fisik
motorik (gerakan) yang mencolok.
- Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20)
Pemahaman dan penggunaan kata sangat
terbatas. Dengan latihan dan pengawasan yang tepat, anak dengan
retardasi mental dapat melakukan tugas praktis dan rumah tangga yang
sederhana.
Siapa Bilang Anak dengan Retardasi Mental tidak dapat Hidup Mandiri ?
Dulunya, banyak pakar yang percaya bahwa
anak dengan retardasi mental tidak dapat mengalami peningkatan
kemampuan dan sama sekali tidak bisa disembuhkan. Namun, saat ini
anggapan tersebut perlahan-lahan mulai diubah. Penanganan dan
pendampingan yang tepat akan anak dengan retardasi mental dapat
bertindak secara mandiri. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa anak
dengan retardasi mental kategori ringan dapat dilatih untuk mencapai
kemampuan layaknya orang normal.
Beberapa ahli mengatakan bahwa
baik-buruknya perkembangan kemampuan anak dengan retardasi mental sangat
bergantung pada lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini, keluarga
memiliki peran paling besar untuk membantu anak menjadi mandiri. Orang
tua dan saudara harus mampu menerima kondisi keterbatasan anak untuk
menerapkan pengasuhan yang tepat sesuai kebutuhan mereka. Misalnya saja,
anak dengan retardasi mental kategori ringan dapat terus dilatih untuk
bisa hidup mandiri sehingga anak tidak perlu bergantung. Terlalu
memanjakan anak tanpa membekali kemampuan apapun justru dapat menjadi
bumerang bagi masa depan anak.
Lalu, apa saja yang perlu diperhatikan?
Berbicara mengenai kebutuhan dari anak
dengan retardasi mental, sebenarnya akan berkaitan dengan kategori
retardasi dan kemampuan yang mereka miliki. Untuk itulah, sangat
dianjurkan untuk pergi menemui psikolog anak guna melihat sejauh mana
potensi dari anak. Akan tetapi, ada beberapa hal umum yang bisa
dijadikan acuan mengenai apa yang harus diperhatikan oleh keluarga:
- Pemilihan Sekolah
Dengan kemampuan di bawah rata-rata
normal, kadangkala anak dengan retardasi mental kategori ringan tidak
tampak mengalami gangguan. Gangguan akan mulai terdeteksi ketika anak
mengalami masalah dalam bidang akademik. Untuk itulah, cari rujukan dari
psikolog mengenai sekolah terbaik yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Jangan merasa gengsi untuk memasukkan anak di Sekolah Luar Biasa karena
sebenarnya itulah yang dibutuhkan oleh anak. Memaksakan anak untuk
sekolah di sekolah normal dapat menimbulkan masalah lain seperti bullying dan gangguan emosional.
- Melatih Kemampuan Berbahasa
Secara berkala, ajari anak untuk melatih
kemampuan berbahasa. Secara perlahan, ajarkan kosakata yang dapat
membantu dia berinteraksi dengan dunia sekitar. Tekankan pada kata-kata
yang dia butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Mengajari Anak Untuk Aktif
Di kehidupan sehari-hari, anak dengan
retardasi mental memiliki pilihan yang sangat terbatas mengenai
aktivitas yang bisa dia lakukan. Kebanyakan anak dengan retardasi mental
hanya menghabiskan waktu dengan menonton TV atau mendengarkan radio.
Hal ini bisa menyebabkan perilaku pasif pada anak. Ajarkan anak
kegiatan-kegiatan yang dapat membuat dia berinteraksi dengan orang lain.
Anak juga bisa dituntun untuk memiliki hobi yang menguntungkan seperti
memasak, melukis, dsb.
Masalah seksual juga perlu mendapat
perhatian serius. Ajari anak untuk memahami masalah-masalah pubertas
yang mungkin muncul, seperti menstruasi atau mimpi basah. Anak juga
harus diberikan pengertian tertentu agar tidak terjebak pada pelecehan
seksual. Sangat disarankan untuk menemui dokter atau psikolog yang bisa
memberikan anjuran mengenai penanganan masalah seksual anak.
- Persiapan Untuk Masa Depan
Bekali anak dengan
keterampilan-keterampilan hidup yang akan membantu ia untuk tidak
terlalu bergantung pada keluarga. Ajarkan pula cara berkomunikasi dengan
baik, etika ketika berada di tempat umum, ketepatan waktu, hingga
kemampuan untuk berkarir di pekerjaan sederhana. Sadari orang tua atau
keluarga tidak bisa selamanya menjaga hidup anak. Salah satu cara yang
efektif untuk meningkatkan kemandirian anak adalah dengan menempatkan
anak pada sekolah yang tepat, sekolah yang berfokus pada peningkatan life-skill anak.
Tentu saja masih banyak sekali toleransi
dan dedikasi yang harus diberikan dari orang-orang sekitar untuk
membantu kehidupan anak dengan retardasi mental. Akan tetapi, kelima hal
tersebt bisa dijadikan langkah awal untuk memberikan perawatan yang
sesuai bagi kebutuhan anak. Perbanyak berdiskusi dengan ahli yang
berkompeten dan biasa menangani kasus-kasus semacam ini. Semangat
mengasuh anak dengan retardasi mental, kalian semua tidak sendiri.
Ini lah yang dapat dilakukan oleh orangtua jika memiliki anak dengan retardasi mental. Bukan berarti anak dengan penyakit mental tidak dapat berkembang seperti anak-anak lain pada umumnya mereka juga memiliki mimpi yang besar dan layak untuk diwujudkan.
Ini lah yang dapat dilakukan oleh orangtua jika memiliki anak dengan retardasi mental. Bukan berarti anak dengan penyakit mental tidak dapat berkembang seperti anak-anak lain pada umumnya mereka juga memiliki mimpi yang besar dan layak untuk diwujudkan.