Laporan Observasi Kelompok 7 Psikologi Pendidikan
Topik : Pengaruh
Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Judul : Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap
Motivasi Belajar Siswa SMKN 1 Percut Sei Tuan
BAB 1 PERENCANAAN
1.1 PENDAHULUAN
Perkembangan arah
pengajaran di Indonesia yang benuasa kompetitif dan menghargai poses belajar
yang berdampak pada penguasaan kompetensi serta berbagai kebijakan pendidikan
yang dilakukan juga sering berawal dari langah-langkah yang telah dilakukan
oleh Negara lain. Model dan pola pendidikan yang serba diseragamkan, mulai bergeser
menuju paradigma desentralisasi. Demikian juga dengan pendekantan pembelajaran
yang selama ini lebih bersifat normative, lebih mengutamakan aspek kognitif
secara afektif dan psikomotorik, perlahan-perlahan mulai ditata secara utuh
melalui pola pembelajaran yang bernuansa pembelajaran aktif yang lebih
memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Dari sinilah kemudian berkembang
konsep pembelajaran yang lebih berorientasi pada kebutuhan siswa dan tidak lagi
berorientasi pada guru semata. Nuansa dialogis dalam proses pembelajaran
semakin dikembangkan untuk membentuk karakter siswa yang berani, jujur,
bertanggung jawab dan mampu beragumentasi secara ilmiah. Uraian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran pada perguruan tinggi,
terus mengalami perubahan. Salah satu bentuk perubahan yang dimaksud adalah
perubahan dari bentuk Teacher Centered Learning (TCL) ke Teacher
Centered Learning (SCL). Oleh sebab itu, dalam laporan ini akan
dibahas mengenai pola pembelajaran teacher center dan student center.
1.2. LANDASAN TEORI
Pendekatan Konstruktivisme
menekankan kepada kelompok kami untuk aktif membangun pemahaman dan pengetahuan
terhadap tugas yang diberikan secara tertulis. Dalam tugas ini kami
mengeksplorasi dan memahami apa saja yang harus dilakukan dalam memenuhi tugas
yang diinginkan dosen pengampu. Dan dalam tugas ini kami juga mulai belajar
terjun kedunia lapangan sekolah, dalam tugas ini juga kami belajar untuk
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepada kami. Kami juga belajar
untuk menyelesaikan masalah yang harus kami hadapi dalam pengobservasian yang
kami lakukan
Metode Konstruktivisme mendorong kami melakukan pembelajaran SCL (Student Center Learned) . Pada metode ini, kami sebagai mahasiswa melakukan pembelajaran dewasa untuk mencari jawaban atas pertanyaan kami. Observasi kami memacu kami untuk mengeluarkan kemampuan sosial kami, bagaimana kami berinteraksi kepada guru untuk meminta izin berkaitan dengan kehidupan sosial kami. Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Bronfenbrener. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu teori Kohlberg tentang perkembangan moral convensional reasoning , dalam arti bahwa kami harus memahami dan mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah seperti yang dijelaskan bapak Sukirman (Wakil Kepala Sekolah). Bagaimana kami berinteraksi dengan siswa-siswi yang ada disekolah, mendekatkan diri dengan murid-murid yang ada dan membuat kenyamanan sebaik mungkin dalam lokasi sekolah tersebut.
Metode Konstruktivisme mendorong kami melakukan pembelajaran SCL (Student Center Learned) . Pada metode ini, kami sebagai mahasiswa melakukan pembelajaran dewasa untuk mencari jawaban atas pertanyaan kami. Observasi kami memacu kami untuk mengeluarkan kemampuan sosial kami, bagaimana kami berinteraksi kepada guru untuk meminta izin berkaitan dengan kehidupan sosial kami. Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Bronfenbrener. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu teori Kohlberg tentang perkembangan moral convensional reasoning , dalam arti bahwa kami harus memahami dan mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah seperti yang dijelaskan bapak Sukirman (Wakil Kepala Sekolah). Bagaimana kami berinteraksi dengan siswa-siswi yang ada disekolah, mendekatkan diri dengan murid-murid yang ada dan membuat kenyamanan sebaik mungkin dalam lokasi sekolah tersebut.
·
TEORI
BELAJAR
1.
B.F. Skiner
Skinner memberikan
statemennya bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara
perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant
Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar Respondent
response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek,
diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup
belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang
sepadan dengan stimuli yang datang. Operant Response (Instrumental Response),
respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang tertentu.
Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer,
karena perangsang ini memperkuan respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana
adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi
hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku
yang dimaksud. Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen
itu. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah
disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer)
diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang
kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi).
Teori belajar ini berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan di SMK
Negeri 1 Percut Sei Tuan. Siswa diberi penjelasan teori dan kemudia diberikan
contoh yang nyata, kemudian guru memberi pertanyaan disertai dengan hadiah.
Dalam hal ini, hadiah diberikan sebagai bentuk reinforcement(perangsang) dan
siswa pun banyak yang mencoba menjawab dengan benar untuk mendapatkan hadiah
tadi.
1.3 ALAT DAN BAHAN
-
Kamera
-
Notes
-
Pulpen
-
Handphone
1.4 ANALISIS DATA
Data diperoleh langsung di lembaga
pendidikan sekolah yang telah di tentukan. Data yang diperoleh akan diolah
sesuai dengan teori pembelajaran observasional. Metode yang kami gunakan untuk
memperoleh data sebagai berikut :
·
Observasi
Kami
mengambil data dengan mengobservasi secara langsung kegiatan pada siswa kelas
10 jurusan teknik mesin SMK NEGERI 1 Percut Sei Tuan mulai jam pelajaran kedua
hingga jam pelajaran kelima, dan kami berfokus pada kegiatan siswa ketika
sedang belajar di ruangan kelas.
·
Wawancara
Kami
juga sempat melakukan wawancara dengan siswa dikelas 10 Teknik mesin yang
berjumlah 20 orang dan dengan 4 siswi dari kelas 11 jurusan teknik komputer dan
jaringan. Pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan adalah pertanyaan seputar
tentang tingkat pemahaman belajar mereka dan kendala apa saja yang dialami
dalam proses belajar mengajar.
1.5
SAMPEL PENELITIAN DAN LOKASI PENGAMBILAN DATA
Sampel
: Siswa kelas 10 jurusan teknik
mesin.
Tempat : SMK
NEGERI 1 Percut Sei Tuan
BAB II
PELAKSANAAN
2.1. SISTEMATIS
PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Permohonan
untuk pembuatan surat izin dari fakultas
kami lakukan pada tanggal 29 Maret 2017. Pengambilan surat izin dari fakultas
kami lakukan pada tanggal 07 April 2017.
2. Diskusi
pemilihan judul untuk observasi kami lakukan pada tanggal 30 Maret 2017.
3. Diskusi
untuk perencanaan kegiatan observasi kami lakukan pada tanggal 03 April 2017.
4. Pemberian
surat izin dari fakultas ke SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan kami lakukan pada
tanggal 07 April 2017 .
5. Kegiatan
observasi dilakukan pada hari Sabtu, 08 April 2017
2.2. PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah : SMKN 1 PERCUT , SEI
TUAN
Telepon : (061) 7357932
Email : info@smkn1-pst.sch.id
Uang Sekolah : -
Dana Komite : Rp 100.000/bulan
Observasi Kelas/Jurusan : X / Teknik Mesin
Jumlah Siswa Kelas Observasi: 20 siswa laki-laki
Tanggal Observasi : 8 April 2016
Waktu Observasi : 9.00 – 10.00
Telepon : (061) 7357932
Email : info@smkn1-pst.sch.id
Uang Sekolah : -
Dana Komite : Rp 100.000/bulan
Observasi Kelas/Jurusan : X / Teknik Mesin
Jumlah Siswa Kelas Observasi: 20 siswa laki-laki
Tanggal Observasi : 8 April 2016
Waktu Observasi : 9.00 – 10.00
Ø Setting
lokasi sekolah
SMKN
1 Percut ini terdiri dari 14 jurusan , dan pada kelas X pada SMK ini
terdiri dari 6 kelas
Teknik Sepeda motor , 11 kelas Teknik Kendaraan Ringan , 3 kelas Teknik Las dan
Fabrikasi , 8 kelas Teknik Mesin , 9 kelas TKJ , 6 kelas Teknik Rekayasa
Perangkat Lunak , 5 kelas Teknik Pendingin Udara , 8 kelas Teknik Elektro Audio
Vidio , 1 kelas TJTL , 9 kelas TITL , 1 kelas Furniture , 3 kelas Geomatika , 6
kelas Teknik Sipil Arsitektur , 6 kelas Teknik Kontruksi Gedung
Sekolah
ini dilengkapi dengan 1 laboratorium Bahasa, 1 laboratorium Komputer/jaringan ,
perpustakaan, ruang OSIS, ruang Pramuka, aula, UKS ,toilet di berbagai jurusan,
satu lapangan voli, satu lapangan basket, ruang guru, ruang kepala sekolah,
ruang wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, ruang wakil kepala sekolah bagian
humas, ruang wakil kepala sekolah bagian edukasi, ruang tata usaha, dan 2 pos
satpam.
Ø Settingan
ruangan kelas
Didalam kelas terdapat 2 jendela ,
15 meja siswa , 30 kursi siswa , 1 meja guru dan 1 kursi guru , 1 whiteboard ,
1 kipas angin tidak menyala , 6 lampu tidak menyala. Lampu tidak menyala dan
kipas angin tidak menyala kemungkinan pada saat diadakannya observasi terjadi
mati listrik atau terdapat kendala lain yang terjadi didalam kelas tersebut.
BAB
III
3.1. Sistematis Observasi Kegiatan
Observasi
kami lakukan pada hari Sabtu, 08 April 2017. Dengan sampel yang kami pilih
adalah kelas 10 teknik mesin SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan yang masuk pada pukul
07.30 WIB. Namun, karena jarak dari
Padang Bulan ke daerah Pancing (SMK 1 Percut Sei Tuan) memakan waktu kurang
lebih 1 jam kami baru bisa mengobservasi mereka pada jam 9 pagi. Anak-anak
sudah melakukan aktivitas seperti biasa yaitu belajar dan sebagian kelas ada
yang melakukan praktek di ruang praktek masing-masing. Kebetulan, kelas yang
kami observasi sedang mengikuti proses belajar mengajar di ruang kelas yang
dipandu oleh seorang guru laki-laki yaitu pak Fahrul Mirza. Kelompok kami
terdiri dari 8 orang, sehingga untuk mempercapat proses observasi, kami membagi
menjadi 2 tim. Tim pertama yaitu Brian, Dhea, Mustika, dan Sinthya bertugas
mengobservasi di dalam ruangan kelas 10 teknik mesin, sedangkan yang lainnya,
yaitu Dwi, Cindy, Lissa, dan Sara bertugas berkeliling untuk mencari dan
melengkapi data tentang profil sekolah. Saat tim pertama memasuki kelas,
terlebih dahulu memina izin kepada pak Fahrul Mirza lalu kemudian kami
memperkenalkan diri kepada adik-adik yang ada di kelas tersebut lalu kami duduk
dibangku paling belakang untuk mengamati proses belajar mengajar yang mereka
lakukan kurang lebih 30 menit. Selama proses belajar mengajar berlangsung
sebagian besar siswa aktif dalam pembelajaran. Mereka sering mengajukan
pertanyaan seputaran pelajaran yang diajarkan oleh pak Fahrul. Mereka juga
menanggapi setiap penjelasan bapak tersebut.
Metode
pembelajaran yang digunakan oleh pak Fahrul adalah teacher centered. Dimana pak Fahrul menjelaskan secara mendetail
dan memberikan contoh konkrit kepada siswa nya agar lebih mudah memahami materi
yang diberikan. Kondisi kelas juga santai dan hangat, artinya terjalinnya
komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Sesekali siswa juga membuat lelucon
saat pembelajaran. Hal ini menunjang semangat siswa sehingga siswa tidak
mengantuk saat pembelajaran berlangsung, tetapi bila mereka tidak dikontrol
maka lelucon tadi justru membuat suasana kelas ribut. Jika kami melihat, para
siswa memang cukup baik dalam mendengarkan guru, akan tetapi mereka cenderung
jarang mencatat dan tidak memakai buku referensi saat belajar. Walaupun guru
mengajar dengan menggunakan materi dari handphone (mobile learning), kehadiran buku referensi juga sangat penting
untuk menunjang pemahaman siswa lebih mendalam.
Kondisi
ruangan dan lingkungan juga nyaman dan bersih, banyak ditanami pepohonan karena
SMK ini adalah salah satu sekolah menuju adiwiyata nasional. Sehingga, murid
juga semakin nyaman dan tidak merasa kepanasan saat belajar. Akan tetapi,
pencahayaan nya kurang. Hal ini disebabkan karena terkadang lampu kelas rusak
akibatnya, mereka hanya memakai pencahayaan dari matahari. Begitu juga dengan
penggunaan teknologi pendidikan yang mereka gunakan cukup banyak. Hal ini disebabkan
karena mereka adalah sekolah kejuruan. Selain ada kelas teori mereka juga
mempunyai kelas praktek yang menggunakan teknologi pendidikan berupa komputer,
internet, mesin otomotif dan lainnya yang menunjang pembelajaran.
Beberapa
kendala yang dialami guru salah satunya pak Fahrul saat mengajar di kelas
adalah terkadang kondisi kelas sulit dikendalikan, apalagi didalam kelas semua
siswa nya laki-laki. Tingkat emosi siswa yang berbeda-beda membuat guru harus
mengajar semenarik mungkin. Agar mereka tidak bosan dan lebih paham akan materi
nya dan bisa mempraktekkan nya langsung saat di ruang praktek. Terlebih mereka
adalah SMK yang dipandang orang sudah siap bekerja. Oleh karena itu,
menceritakan pengalaman yang berhubungan dengan materi merupakan strategi yang
tepat untuk meningkatkan niat belajar siswa ungkap pak Fahrul. Sedangkan
kendala dari siswa, ada siswa yang
merasa dirinya salah jurusan sehingga malas dan tidak ada niat untuk belajar.
Akan tetapi, bagi sebagian siswa lain saat diberi tugas mereka cukup lancar
mengerjakan. Mereka juga mempunyai solidaritas yang tinggi terhadap sesama
teman nya dan kendala-kendala lainnya yang masih tergolong bisa diatasi.
Setelah selesai mengambil data kami pun mengucapkan
terimakasih kepada siswa di kelas 10 Teknik Mesin dan kepada pak Fahrul selaku
guru yang sedang mengajar di kelas tersebut. Setelah itu, kami pun keluar dan
melengkapi data yang belum ada.
3.2.
EVALUASI DATA
Evaluasi data kami simpulkan dalam poin-poin
sebagai berikut:
Ø Sebagian besar murid reflektif, sebagian lagi implusif. Sebagian murid
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru yang sedang mengajar dan reflektif
menjawab pertanyaan guru serta bertanya dan berdiskusi tentang apa yang belum
dipahaminya dan pengalaman yang berhubungan dengan materi yang sedang disajikan
guru. Beberapa murid melamun, bahkan dan diam-diam saja tanpa mencatat materi
yang diberikan.
Ø Sebagian murid adalah deep
learner dan sebagian lagi surface
learner. Murid-murid dengan gaya belajar yang mendalam mencoba
mengulang ucapan guru kemudian membaca bukunya lalu mencatat di buku tulisnya.
Namun, pada kelas yang kami observasi mereka cenderung jarang mencatat.
Ø Guru membuat perencanaan mengajar dengan sangat baik baik (tujuan
instruksional, perencanaan kegiatan, prioritas). Hal ini dilihat dari guru yang
memahami materi dan dapat menjawab pertanyaan siswa dengan sangat baik pula.
Selain itu, gurunya juga
memberikan tugas dengan materi yang disampaikan sebelumnya, yaitu berupa tugas
berkelompok yang menunjang semangat siswa.
Ø Guru menggunakan pendekatan teacher-centered dengan metode instruksi langsung dimana guru
memberikan penjelasan dan bertanya hanya tentang pelajaran Kewirausahaan dari
awal jam pelajaran hingga jam pelajaran berakhir.
Ø Guru menggunakan salah satu strategi instruksional Teacher-Centered dengan comparative
advance organizer dimana guru memberikan materi baru dengan menanyakan
dan mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya dan dengan memberikan contoh konkrit
kepada siswanya.
Ø Motivasi murid untuk
belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang dipelajari.
Tujuan yang ingin dicapai murid berpindah dari mastery goal menjadi performance
goal.
Ø Motivasi
belajar murid cukup tinggi. Akan tetapi, usaha guru untuk meningkatkan kembali
motivasi belajar murid-muridnya masih sangat diperlukan agar kondisi ini tetap
terjaga. Salah satu cara yang dapat diterapkan misalnya guru melakukan teknik Scaffolding
dan memberikan gambaran atas hal-hal positif dari belajar dengan memberikan
contoh nyata di kehidupan.
Ø Motivasi belajar murid
cenderung sejalan dengan teori behavioral. Dimana murid belajar untuk
mendapatkan nilai bagus dan kemudian mendapatkan penghargaan. Atau belajar agar
tidak dimarahi orang tua di rumah.
Ø Teknologi yang
digunakan cukup banyak dan kondisinya masih baik, seperti komputer, internet,
mesin-mesin otomotif dan lainnya sehingga siswa mudah mengaplikasikan teori
dikelas saat praktik nantinya. Salah
satu teknologi yang sudah umum dimiliki oleh orang banyak yaitu telepon genggam
(hp). Di SMK ini, mereka terkadang menggunakan metode belajar mobile learning yaitu metode
pembelajaran yang lebih simple dan dapat di buka di telepon genggam. Tujuan nya
agar siswa dan guru tidak perlu membawa buku yang berat ke sekolah.
3.3.
Dokumentasi Gambar
1. Saat
proses belajar mengajar
2. Ruang Praktek Teknik Mesin
3. Foto Bersama Sebagian Anak Kelas 10
Teknik Mesin
4. Saat Wawancara Dengan Siswa
3.4
POSTER
BAB IV
PENUTUP
4.1.
KESIMPULAN
Metode
pembelajaran adalah metode teacher-centered dengan metode instruksi
langsung dimana guru memberikan penjelasan dan bertanya hanya tentang
pelajaran Kewirausahaan dari awal jam pelajaran hingga jam pelajaran berakhir
saat guru sedang mengajarkan teori dari pelajaran tersebut. Dengan fasilitas
yang cukup memadai di tambah dengan guru yang profesional, serta lingkungan
sekolah yang hijau dan nyaman, siswa/i di sekolah ini memiliki motivasi belajar
yang tinggi dan selalu ingin mencoba hal baru.
4.2.
SARAN
Untuk lebih meningkatkan motvasi belajar
siswa/i, kelompok observasi memberikan saran untuk di masa yang akan datang
yaitu :
- Perlunya pemenuhan inspirasi siswa secara cepat oleh perangkat sekolah baik mengenai cara mengajar guru dan pemenuhan fasilitas yang kurang maupun fasilitas yang perlu untuk di perbaiki.
- Perlunya diadakan kegiatan konseling sekali seminggu dikelas untuk mengetahui apa saja kendala dan masalah yang dialami tiap siswa. Agar nantinya siswa bisa lebih mematuhi peraturan dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock, Jhon W.2004.Psikologi Pendidikan Edisi Kedua.Jakarta:Prenadamedia
Group.
OLEH : KELOMPOK 7
1.
BRIAN
TARIGAN 16-159
2.
DWI
AVRILLIA M. GINTING 16-186
3.
DHEA
ORIZA SATIVA S. 16-196
4.
LISSA
SETIANA RIA S. 16-209
5.
SINTHYA
APRIANTI S. 16-212
6.
MUSTIKA
MELATI 16-216
7.
CINDY
APRILLA TARIGAN 16-225
8.
SARA
TAMARANI MANIK 16-227